Minggu, 02 November 2014

Untitled 2

Seandainya hujan lebat sekali, tentu tenanglah hati.

Malam ini, gundah menghampiriku, kembali.
Tepat ketika hujan hanya memberikan harapan tak pasti.
Aku mulai merasa sepi..
Seperti saat kita mulai dipisah jarak, kini..

Tak ada teman sepantas kamu untuk kupuji.
Tak pernah ada yang mampu mengganti tempatmu, disini.
Kamu seperti semut diantara tumpukan gula.
Seperti kumbang dengan serbuk bunga.

Aku mulai risau,
Bingung,
Sampai kapan kamu terus menjadi angan yang pernah terlupakan,
Dan kini mencoba hadir kembali?

Sosokmu,
Yang selalu bisa tenangkanku,
memberikan kesejukan saat tangisku jatuh,
Menemani dengkuranku lewat tekhnologi yang disebut telepon,
Selalu kuingat setiap kata dulu..

Kamu,
Lepaskan kita..
Atau seharusnya berteriaklah padaku agar lupakanmu!
Karena sampai bergantinya presiden, bayangan ini masih hampa..
Meski itu hanya rekayasaku saja untuk mencoba menghapusmu..
Karena menghilangkan namamu, butuh jutaan penghapus..
Jadi bagaimana mungkin aku mencoba menghilangkan semua kenangan kita

Sudah hampir tahun keempat sejak kita,
tak lagi jadi yang diimpikan seperti harapan membesarkan keluarga kecil kita
di kota Solo itu

-Surabaya, 2 November 2014

Senin, 21 Juli 2014

Hujan di Mimpi - Banda Neira

Semesta bicara tanpa bersuara
Semesta ia kadang buta aksara
Sepi itu indah, percayalah
Membisu itu anugerah

Seperti hadirmu di kala gempa
Jujur dan tanpa bersandiwara
Teduhnya seperti hujan di mimpi
Berdua kita berlari

Semesta bergulir tak kenal aral
Seperti langkah-langkah menuju kaki langit
Seperti genangan akankah bertahan
Atau perlahan menjadi lautan

Seperti hadirmu di kala gempa
Jujur dan tanpa bersandiwara
Teduhnya seperti hujan di mimpi
Berdua kita berlari