Beberapa hari yang lalu, saya
bersama teman saya mendatangi sebuah pantai di Selatan yang bernama
Parangtritis. Niat awal sih pengen foto-foto narsis dan menikmati sunset,
karena melihat keindahan langit yang sedang tersenyum indah. Matahari berwarna kuning
dipadu langit biru keunguan dan sedikit melingkar membentuk aurora menambah
keindahan pantai wisata sore itu.
Sesampai saya di sana, tak disangka
banyak pengunjung domestik yang juga asik memainkan kamera untuk mengabadikan
indahnya Minggu sore itu. Setelah memarkir motor, kami pun lekas menuju bibir
pantai. Sekitar 10 meter dari pantai terdapat banyak sekali sampah yang entah
darimana asalnya. Sampah-sampah itu menggunung dan berceceran. Ombak yang
menyapu pasir pun membawa berbagai macam sampah, dari plastik, kertas,
tumbuh-tumbuhan, hingga puntung rokok.
Ironis memang, karena banyak sekali
pengunjung yang lalu-lalang, tapi seakan tak mempedulikan hal itu. Mereka asyik
dengan kesibukkan mereka sendiri. Pantai yang dijadikan kunjungan wajib bagi
para pendatang pun tak lagi terlihat layak sebagai tempat ‘wisata’. Yah,
tulisan memang hanya tulisan, dan mungkin tak banyak yang ingin membaca, tetapi
setidaknya saya berharap pemerintah setempat bisa segera mengambil tindakan
untuk membersihkan area pantai yang konon merupakan tempat keramat itu agar
terlihat layaknya tempat yang pantas dikunjungi.
Selain kepada pemerintah, saya juga
sangat berharap para pengunjung juga ikut menjaga kebersihan tempat wisata, tak
hanya pantai, tapi juga yang lainnya. Dengan adanya simbiosisi mutualisme
antara pantai dan pendatang, semoga tak terulang kembali keadaan kumuh seperti
sampah di pantai.
Lokasi tepatnya sampah yang berserakan di bibir pantai Parangtritis (Minggu, 5/2/2012). Terlihat beberapa pengunjung yang tak mempedulikan kotornya keadaan sekitarnya. (foto/piyudh) |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar